Kamis, 09 Oktober 2014

Kejujuran Seorang Gembala

kejujuran pedoman menuju asa
Salah satu sikap yang menonjol dari kepribadian Abdullah Bin Umar adalah menjunjung tinggi nilai kejujuran. Kejujuran adalah sikap yang harus di junjung tinggi karena tanpa kejujuran maka keadaan suatu daerah hanya menunggu kehancuran belaka. Bisa dibayangkan jika para pemimpin Negara memiliki kejujuran yang sangat tinggi maka kemajuan dan kesejahteraan masyarakat tinggal menunggu waktu. Namun sebaliknya jika para pemimpin suatu daerah tidak memiliki watak yang jujur maka kehancurannyapun hanya tinggal menghitung hari.
Pernah suatu ketika Abdullah Bin Umar ingin mengetahui kondisi masyarakatnya, apakah sikap jujur masih melekat dalam diri rakyatnya. Oleh karena itu, ia mencoba untuk meneliti ke kalangan bawah. Salah satu cara yang ia pilih adalah menjumpai para penggembala domba. Hingga datanglah ia menemui salah seorang penggembala di sebuah padang rumput yang luas. Setelah sekian lama ia mencari sang penggembala dan pada akhirnya berjumpa juga.
Ternyata penggembala yang berhasil ia temui adalah anak muda yang gagah karena terlihat dari ototnya yang kekar. Perlahan Abdullah Bin Umar mendekati pemuda itu. Dengan nada pelan ia menegur pemuda itu.” Wahai anak muda, apakah semua domba-domba ini milikmu!” ucap Abdullah Bin Umar. Mendengar pertanyaan tersebut maka dengan sigap pemuda itu menjawab “ bukan, semua domba-domba ini adalah milik majikan. Aku hanyalah sebagai penggembala yang di upah.”
Setelah menjawab, pemuda itu langsung menuju pada salah satu domba yang paling gemuk dan memerah susunya. Beberapa menit kemudian pemuda itu datang dan membawa sewadah susu dan menghidangkannya kepada Abdullah Bin Umar. Rupanya inilah cara pemuda memuliakan orang lain. Setelah di persilahkan, maka Abdullah Bin Umar meminum beberapa teguk susu yang masih segar. Sembari menikmati susu kemudian Abdullah Bin Umar kembali bertanya “kenapa engkau tidak ikut meminum susu segar ini?”
Pemuda itu menjawab “ mohon maaf karena hari ini aku sedang berpuasa!” . sungguh diluar dugaan, ternyata pemuda itu adalah seorang pemuda yang taat beribadah. Hal itu malah membuat Abdullah Bin Umar mengujinya lebih jauh lagi. “ wahai anak  muda, aku berniat membeli beberapa ekor domba-donbamu ini, apakah kau bersedia menjualnya untukku?” “ sudah aku katakan sejak awal bahwa domba-domba ini bukanlah milikku melainkan  milik majikanku. Oleh karena itu aku tidak akan pernah menjualnya kecuali atas perintah majikanku” jawa pemuda itu dengan tegas.
“Bukankah engkau bisa mengatakan pada majikanmu bahwa beberapa ekor dombanya telah di terkam binatang buas. Aku yakin dia pasti akan percaya terhadap ucapanmu, karena ia tidak pernah tahu kejadian yang sebenarnya” Abdullah bin umar merayu penggembala itu. “Engkau memang benar, majikanu tidak mungkin tahu kejadian yang sebenarnya dan ia pun akan percaya kepadaku, akan tetapi jika hal itu aku lakukan maka dimana ALLAH, dimana allah. Sambil menangis pemuda itu terus mengucapkan kalimat lalu dimana ALLAH….dimana ALLAH…dimana ALLAH. 
Hati Abdullah Bin Umar berdegup kencang ketika sang penggembala menitikkan air mata sambil mengulang-ulang kata dimana ALLAH. Setelah itu Abdullah Bin Umar kembali bertanya “bisakah engkau tunjukkan kepadaku dimana rumah majikanmu?” dengan senang hati penggembala menunjukkan rumah majikannya. Sesampainya di sana Abdullah memerdekakan budak gembala dan membeli semua hewan peliharaan majikannya. Semua hewan-hewan itu di berikan pada sang penggembala sebagai nilai timbal balik dari kejujurannya dalam menjaga amanah.
Semoga sebagai umat yang baik kita akan selalu berusaha membumikan sifat jujur, baik jujur terhadap diri sendiri maupun jujur terhadap orang lain. Sungguh indah jika alam ini di penuhi dengan orang-orang yang jujur, mulai dari kalangan atas sampai kalangan kelas bawah atau akar rumput. Maka kesejahteraan dan kedamaian yang menjadi cita-cita bersama akan segera terwujud dalam rentang waktu  yang tidak terlalu lama.




EmoticonEmoticon