kejujuran pedoman menuju asa |
Salah satu sikap yang menonjol
dari kepribadian Abdullah Bin Umar adalah menjunjung tinggi nilai kejujuran.
Kejujuran adalah sikap yang harus di junjung tinggi karena tanpa kejujuran maka
keadaan suatu daerah hanya menunggu kehancuran belaka. Bisa dibayangkan jika
para pemimpin Negara memiliki kejujuran yang sangat tinggi maka kemajuan dan
kesejahteraan masyarakat tinggal menunggu waktu. Namun sebaliknya jika para
pemimpin suatu daerah tidak memiliki watak yang jujur maka kehancurannyapun hanya
tinggal menghitung hari.
Pernah suatu ketika Abdullah Bin
Umar ingin mengetahui kondisi masyarakatnya, apakah sikap jujur masih melekat
dalam diri rakyatnya. Oleh karena itu, ia mencoba untuk meneliti ke kalangan
bawah. Salah satu cara yang ia pilih adalah menjumpai para penggembala domba.
Hingga datanglah ia menemui salah seorang penggembala di sebuah padang rumput
yang luas. Setelah sekian lama ia mencari sang penggembala dan pada akhirnya
berjumpa juga.
Ternyata penggembala yang
berhasil ia temui adalah anak muda yang gagah karena terlihat dari ototnya yang
kekar. Perlahan Abdullah Bin Umar mendekati pemuda itu. Dengan nada pelan ia
menegur pemuda itu.” Wahai anak muda,
apakah semua domba-domba ini milikmu!” ucap Abdullah Bin Umar. Mendengar
pertanyaan tersebut maka dengan sigap pemuda itu menjawab “ bukan, semua domba-domba ini adalah milik
majikan. Aku hanyalah sebagai penggembala yang di upah.”
Setelah menjawab, pemuda itu
langsung menuju pada salah satu domba yang paling gemuk dan memerah susunya.
Beberapa menit kemudian pemuda itu datang dan membawa sewadah susu dan
menghidangkannya kepada Abdullah Bin Umar. Rupanya inilah cara pemuda
memuliakan orang lain. Setelah di persilahkan, maka Abdullah Bin Umar meminum
beberapa teguk susu yang masih segar. Sembari menikmati susu kemudian Abdullah
Bin Umar kembali bertanya “kenapa engkau
tidak ikut meminum susu segar ini?”
Pemuda itu menjawab “ mohon maaf karena hari ini aku sedang
berpuasa!” . sungguh diluar dugaan, ternyata pemuda itu adalah seorang
pemuda yang taat beribadah. Hal itu malah membuat Abdullah Bin Umar mengujinya
lebih jauh lagi. “ wahai anak muda, aku berniat membeli beberapa ekor
domba-donbamu ini, apakah kau bersedia menjualnya untukku?” “ sudah aku
katakan sejak awal bahwa domba-domba ini bukanlah milikku melainkan milik majikanku. Oleh karena itu aku tidak
akan pernah menjualnya kecuali atas perintah majikanku” jawa pemuda itu dengan
tegas.
“Bukankah engkau bisa mengatakan pada majikanmu bahwa beberapa ekor
dombanya telah di terkam binatang buas. Aku yakin dia pasti akan percaya
terhadap ucapanmu, karena ia tidak pernah tahu kejadian yang sebenarnya”
Abdullah bin umar merayu penggembala itu. “Engkau
memang benar, majikanu tidak mungkin tahu kejadian yang sebenarnya dan ia pun
akan percaya kepadaku, akan tetapi jika hal itu aku lakukan maka dimana ALLAH,
dimana allah. Sambil menangis pemuda itu terus mengucapkan kalimat lalu
dimana ALLAH….dimana ALLAH…dimana ALLAH.
Hati Abdullah Bin Umar berdegup
kencang ketika sang penggembala menitikkan air mata sambil mengulang-ulang kata
dimana ALLAH. Setelah itu Abdullah Bin Umar kembali bertanya “bisakah engkau tunjukkan kepadaku dimana
rumah majikanmu?” dengan senang hati penggembala menunjukkan rumah
majikannya. Sesampainya di sana Abdullah memerdekakan budak gembala dan membeli
semua hewan peliharaan majikannya. Semua hewan-hewan itu di berikan pada sang
penggembala sebagai nilai timbal balik dari kejujurannya dalam menjaga amanah.
Semoga sebagai umat yang baik
kita akan selalu berusaha membumikan sifat jujur, baik jujur terhadap diri
sendiri maupun jujur terhadap orang lain. Sungguh indah jika alam ini di penuhi
dengan orang-orang yang jujur, mulai dari kalangan atas sampai kalangan kelas
bawah atau akar rumput. Maka kesejahteraan dan kedamaian yang menjadi cita-cita
bersama akan segera terwujud dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama.
EmoticonEmoticon